Menjadi
Guru Plus Plus
Oleh:
Yahyi Mardhiya
Menjadi guru plus plus
??? Eitsss.. jangan berpikir negatif
dulu yak, plus plus disini bukan seperti pijat plus plus atau plus plus negatif
lainnya, tetapi plus plus disini maksudnya adalah sebagai guru bukan hanya
memiliki kepandaian saja dalam mengajar, melainkan guru juga dituntut harus
professional, mempunyai karakter emas dan juga memiliki inovasi baru dalam
mengajar.
Kalau kita cermati
banyak guru di Indonesia yang biasa saja dalam mengajar, bahkan ada beberapa
guru yang acuh tak acuh akan kemajuan siswa-siswinya. Padahal seorang guru
seharusnya menjadi salah satu motivator yang dapat membantu siswa dalam menggapai
mimpi mereka.
Sebelum membahas
bagaimana menjadi guru plus plus, kita harus terlebih dulu mengetahui
sebenarnya arti dari kata guru. Menurut Sudarwan Danim dan Khairil
(2010:5) menerangkan bahwa guru
merupakan pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan
efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari
kompetensi, kemahiran, kecakapan atau keterampilan yang memenuhi standar mutu
atau norma etik tertentu.
Didalam UU No.20 Tahun
2003, kata guru dimasukkan ke dalam rumpun pendidik. Sesungguhnya guru dan
pendidik merupakan dua hal yang bisa berbeda maknanya. Pengertian kata pendidik
(Bahasa Indonesia) merupakan padanan dari kata educator (Bahasa Inggris). Di
dalam kamus Webster kata educator berarti educationist atau educationalist yang
padanannya dalam Bahasa Indonesia adalah pendidik, spesialis di bidang
pendidikan, atau ahli pendidikan. Pengertian kata guru (Bahasa Indonesia)
merupakan dari kata teacher (Bahasa Inggris). Di dalam kamus Webster, kata
teacher bermakna sebagai “The person who teach, especially in school”, yaitu
guru adalah seseorang yang mengajar, khususnya di sekolah.
Guru
Professional
Semua orang mungkin
bisa menjadi guru. Tetapi, menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidik
perlu pendidikan, pelatihan, dan jam terbang yang memadai. Dalam konteks ini,
menjadi guru professional setidaknya memiliki standar minimal, yaitu: memiliki
kemampuan intelektual yang baik, memiliki kemampuan memahami visi dan misi
pendidikan nasional, memiliki keahlian mentransfer ilmu pengetahuan kepada
siswa secara efektif, memahami konsep perkembangan psikologi anak, memiliki
kemampuan mengorganisasi proses belajar, memiliki kreativitas dan seni
mendidik.
Sebutan “Guru
professional” mengacu pada guru yang telah mendapat pengakuan secara formal
berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatan maupun
latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk
surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat, dan sebagainya baik yang menyangkut
kualifikasi maupun kompetensi.
Guru professional juga
harus memiliki kompetensi professional diantaranya penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru, serta substansi
keilmuan yang menaungi materi, penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuan.
Karakter
Emas
Seperti yang disebutkan
oleh Dekan FKIP UMSU Elfrianto Nasution S.Pd, M.Pd mengatakan, untuk menjadi
seorang guru yang berkarakter emas seorang guru haruslah disiplin. Kedisiplinan itu harus ditempah sejak kita masih kecil.
Jika guru tidak disiplin , bagaimana mengajarkan karakter disiplin pada peserta
didik. Sebelum membina karakter peserta didik, guru harus terlebih dulu membina
karakter mereka masing-masing. Sementara Founder Komunitas “1000 Guru”, Jemi
Ngadiono menjelaskan, menjadi guru membutuhkan pribadi yang kuat. Karenanya seorang guru harus melaksanakan
tugasnya atas dasar panggilan hati, bukan karena angan lain terlebih buaian
gaji guru PNS yang besar. Seorang guru yang bekerja karena panggilan jiwa
memiliki perbedaan dalam mengajar di kelas. Guru yang mengajar dengan hatinya
tidak hanya fokus pada buku-buku teks dan kurikulum melainkan pada kondisi
siswa. Guru juga harus menjadi fasilitator dan motivator terbaik bagi siswa.
Inovasi
Baru dalam Mengajar
Dalam mengajar, guru
memerlukan inovasi-inovasi baru agar meningkatkan kualitas pembelajaran,
seperti pembelajaran berbasis teknologi.
Ilmu pengetahuan kian berkembang cepat seiring dengan perkembangan teknologi
dan informasi. Jika guru tidak segera menyesuaikan diri dengan laju
perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, maka bisa dipastikan pengetahuan yang
diperoleh dan dikuasainya selama dua-tiga tahun kuliah akan usang ditelan
zaman. Mengapa demikian? Karena jika guru tidak melakukannya maka siswa bisa
jadi memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih tinggi dari gurunya karena
adanya akses terhadap TIK. Akibatnya, proses belajar-mengajar yang diharapkan
berjalan baik dan efektif tidak dapat dilakukan hanya karena guru tidak mampu
menjadikan dirinya sebagai sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, di tengah
cepat dan kuatnya ledakan ilmu pengetahuan dan TIK, guru harus mampu
menginisiasi dirinya untuk terus belajar, terutama terhadap hal-hal yang
dianggap baru.
Inovasi lain yang
diperlukan seorang guru ialah mampu memilih pendekatan,
strategi, dan metode pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini, Pendekatan
merupakan relasi individu atau kelompok dalam suasana tertentu. Biasanya relasi
dibentuk dengan menggunakan metode yang bersifat efektif. Pendekatan-pendekatan
yang kerap digunakan pembelajaran, antara lain: CBSA, Kontekstual, Induktif,
Deduktif, Spiral dan pemecahan masalah.
Strategi juga
diperlukan dalam inovasi mengajar. Strategi pembelajaran merupakan pendekatan
dalam mengelola kegiatan dengan mengintegrasikan urutan kegiatan;
mengorganisasikan pelajaran, siswa, peralatan, bahan, serta waktu yang
digunakan dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran
juga membutuhkan metode belajar, metode pembelajaran merupakan cara mengajar
atau menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang sedang belajar. Metode ini
mempunyai banyak macam. Pemilihan metode pun dipengaruhi oleh banyak aspek
mulai dari materi pelajaran, lingkungan belajar, keadaan guru, dan sebagainya.
Melalui pemilihan metode ini diharapkan guru bisa membangkitkan motivasi siswa
untuk belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Contoh
metode yang bisa digunakan guru ialah metode diskusi, metode pemecahan masalah
(problem solving), metode permainan (game method) dan metode latihan (drill).
Inovasi terakhir yang
bisa dilakukan seorang guru ialah harus mampu memanfaatkan media pembelajaran. Dalam
rangka memperlancar pencapaian tujuan pelaksanaan pendidikan di sekolah,
diperlukan sebuah media perantara yang dapat difungsikan untuk menyalurkan
pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa. Seorang guru bisa
memanfaatkan pembelajaran online yang sangat terkenal, edmodo. Edmodo
merupakan platform pembelajaran berbasis jejaring sosial yang diperuntukkan
untuk guru, murid sekaligus orang tua murid. Edmodo bisa digunakan sebagai
sarana yang tepat untuk ujian maupun quiz sehingga mempermudah guru dalam
memberikan soal dari mana saja dan kapan saja, seperti yang dilakukan oleh
Bapak Muhammad Arifin, S.Pd, M.Pd salah satu dosen mata kuliah profesi
kependidikan di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Beliau
memanfaatkan pembelajaran berbasis jejaring sosial tersebut sehingga beliau
bisa melaksanakan kegiatan belajar pembelajaran dimana saja dan kapan saja
tanpa bertatap muka langsung dengan mahasiswanya. Hal itu akan sangat membantu
guru maupun siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah. Selain
membantu guru, edmodo juga dapat menghemat biaya dan tenaga karena guru dan
siswa tidak perlu repot datang kesekolah.